Sebelum ke Dieng Ingat 10 Tips Ini…!

“Baliknya ke Jakarta singgah ke Dieng pernah aja yaaa?”
“Dieng? Hmm, lihat saja nanti!”

Sebelum jalur pulkam, suami mengusulkan singgah ke Dieng sepulangnya kita dari Madiun dan Kediri. Waktu itu aku enggak sangat menanggapi idenya gara-gara anggapan ulang fokus ke konsep mengkhitankan si Adik di Kediri. Jadi aku antara ingat dan tidak lebih-lebih hampir lupa bersama dengan rencananya.

Setelah dua hari di Madiun lalu ke Kediri untuk niatan khitan tadi, aku malah enggak kepikiran apa jadi ke sana. Sampai saat balik ke Jakarta tiba. Si Adik yang masih “rada-rada” jalannya sesudah dikhitan, tiba-tiba ditanya Bapaknya saat di rest area.

“Sebenarnya Bapak ada konsep ke Dieng, Dik…Ada banyak candi dan telaga di sana, kamu telah pulih kan ya?”
“Sudaaah, Bapak. Iya, kita jalan-jalan saja. Aku kan belum liburan..”

Duh, yang sunat langsung mengiyakan dan lupa bakal “rasa aneh” yang dibilangnya sesudah dikhitan.🙈

“Lah, jadiii ini? Kan, belum pesen hotel?” protes saya.
“Sudah gampang, nanti saja di sana…” tour dieng

Mendadak Dieng

Selesai rehat, kita pun melanjutkan perjalanan dan nampak di pintu tol Bawen. Setelah singgah untuk makan siang sebentar, perjalanan ke Dieng pun berlanjut melewati Temanggung. Sengaja lewat sini gara-gara kata suami kita bakal lewat sisi pegunungan yang tentu bakal bisa bonus indahnya pemandangan.

Tapi….ekstra bonusnya juga ada. Jalanan sempit berkelok, di sela kabut yang jadi turun di tengah gerimis yang tak henti mengguyur. Membuat kita perlu sangat waspada melewati. Belum ulang tingkah lebih dari satu pengendara yang seenaknya sendiri saja, menyalip di tikungan yang tajam atau tidak berkenan sabar mengantri di belakang iring-iringan truk yang berlebihan muatan.

Apapun, seluruh terbayar saat hingga di tujuan: Dataran Tinggi Dieng.

Sekitar tidak cukup dari 24 jam kita berada di Dieng ini. Memang tak lama, tetapi lumayan juga. Karena kita memang musti langsung lanjut ke Jakarta gara-gara anak-anak telah masuk sekolah tanggal 2, demikianlah juga Bapaknya masuk kerja.

Tapi Temans,….jangan ditiru ya konsep sadar bulat dengan sebutan lain dadakan kita ke Dieng ini. Sebaiknya memang direncanakan terkecuali berkenan melaksanakan perjalanan. At least, penginapannya telah dipesan dan kemana saja berkenan pergi telah diniatkan.

Dieng

Tips Mengunjungi Dieng

Nah, tersebut lebih dari satu tips dari aku yang bisa jadi perhatian sebelum saat memiliki rencana ke Dieng. Yuks, mariiii:

1. Siapkan Kendaraan

Dieng adalah dataran tertinggi di Pulau Jawa. Salah satu desa di sini, Desa Sembung, merupakan desa tertinggi di Pulau ini. Maka, akses menuju ke sana telah bisa dibayangkan: naik-naik ke puncak gunung, tinggi-tinggi sekali!

Jadi, siapkan kendaraan terkecuali memang bawa sendiri. Mulai dari kesiapan mesin juga bahan bakar. Sesuaikan juga kendaraan bersama dengan medan. Hindari bawa city car ke sini. Karena susyaaah tentu saat nanjak nanti.

Kemarin tuh di depan saya, ada Agya. Duh setengah mati di tanjakan dia. Entah hingga enggak di tujuan, gara-gara kendaraan yang lain dipersilakannya duluan jalan.

Jadi, terkecuali memang enggak percaya bersama dengan kendaraan, mending nginep/parkir di Wonosobo atau kota terdekatnya dan naik angkutan saja. Saya lihat ada banyak kendaraan jenis Elf yang merupakan angkutan umum di sana.

Dataran Tinggi DIeng

2. Pengendara Handal

Kontur pegunungan yang penuh kelokan tajam, sempit, lebih dari satu berlubang, kiri tebing kanan jurang….wah, aku saja sebagai sopir tembak telah ngeri duluan.

Maka, terkecuali memang ke Dieng berkenan pakai mobil ya pastikan pengemudinya telah piawai dan sadar bersama dengan kendaraannya. Karena medan yang sulit seperti ini memerlukan jam terbang tinggi didalam hadapi segala suasana dan kondisi.

Kalau enggak percaya bisa, lebih baik serahkan pada pak sopir setempat yang telah biasa menempuh jalanan penuh tantangan.

Dataran Tinggi Dieng

3. Sesuaikan Pakaian

Namanya saja dataran tinggi, udaranya dingin pasti. Apalagi di musim hujan begini. Kemarin aku singgah tanpa persiapan. Jadi jaket dan kawan-kawan enggak terbawa dari Jakarta. Suami sih enjoy saja saat aku ngomel pada diri sendiri enggak lengkap nyiapin itu ini.

“Sudah membeli di sana saja, kan biar miliki sweater yang ada tulisannya Dieng”

Hahaha..benar juga!!

Di kompleks Candi Arjuna ada deretan penjaja souvenir dan aku pun belanja sweater dan topi/kupluk. Murah juga kok…Sweater ukuran si Adik 50 ribu, miliki suami 80 ribu, sweater aku 90 ribu dan kupluk 25 ribu. Ini seluruh harga dari penjaja gara-gara aku enggak nawar – kasihan terkecuali ditawar…😁 Oh ya, cuma si Mas yang enggak berkenan membeli gara-gara dia telah bawa hooedie.

Saat aku ke Dieng, 30 Desember, suhu di siang hari berkisar pada 16 dercel dan malam hari 10 dercel. Dan jadi malah dingin gara-gara saat kita singgah hujan tengah turun. Brrrrrrrr…. Syukur esok harinya meski dini hari gerimis masih menyebabkan supaya mengurungkan niat kita lihat Golden Sunrise, agak siang Sang Surya cerah ceria supaya meski masih 16 dercel suhunya, hangat di badan rasanya.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *